Karya Ahmad Tohari, pujangga legendaris asli Banyumas. Merupakan sebuah karya sastra trilogi; Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang Kemukus di Dini Hari (1984), dan Jentera Bianglala (1985). Novel yang sangat layak dan barangkali wajib dibaca bagi mereka yang ingin belajar sejarah Indonesia. Cerita dalam trilogi ini berlatar tempat dan waktu tahun 60-an dimana saat itu masih banyak pergolakan di bidang politik dan sosial. Dua tokoh utama dalam trilogi ini adalah Srintil dan Rasus. Semenjak kecil mereka berteman dan bermain bersama, lalu terpisahkan oleh berbagai masalah. Tapi pada akhirnya mereka bertemu kembali.
Ronggeng Dukuh Paruk.
Bercerita tentang kondisi sebuah daerah yang bernama Dukuh Paruk (jawa
tengah bagian selatan). Wilayah pelosok yang masih memegang teguh
kesenian ronggeng dengan iringan musik calung. Srintil adalah seorang
ronggeng, alias penari wanita. Kesenian itu tak lepas dari kepercayaan
masyarakat Paruk terhadap Ki Secamenggolo. Srintil yang akhirnya
benar-benar menjadi ronggeng kemudian hidupnya berubah menjadi cukup
glamour dan melupakan Rasus.
Lintang Kemukus di Dini Hari.
Rasus akhirnya pergi menjadi serdadu. Dan Srintil tetap jaya menjadi
seorang ronggeng, tentu dengan kehidupan yang juga melayani para pria
kaya. Bisa dilayani dan ronggeng mau melayani seorang pria, baik
di pentas maupun di ranjang adalah sebuah hal istimewa. Jadi pada waktu
itu memang bukan hal yang hina. Justru seolah berlomba. Istri-istri dari
para pria yang berebut bisa dilayani ronggeng itupun rela-rela saja.
Tapi keadaan berubah seiring konfik mulai kentara pada tahun 1964.
Kerusuhan itu memporak-porandakan semuanya hingga para seniman ronggeng
dipenjara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar