Kamis, 27 November 2014

 

 

 PENGANTAR APRESIASI KARYA SASTRA


 Laporan Baca
Apresiator harus dapat membaca dengan baik agar dapat mengaprseiasi karya sastra. Makna dari kegiatan membaca pun cukup luas, sehingga untuk mengerucutkan rumus suatu makna dalam membaca itu sangatlah sulit. Beberapa rumusan membaca tersebut, seperti : membaca adalah mereaksi, proses, pemecahan kode, dan penerimaan pesan. Jenis-jenis membaca pun ada beragam, seperti : membaca dalam hati, cepat,  teknik, bahasa, estetis, kritis, dan juga kreatif. Terdapat 3 unsur utama yang tidak dapat dihilangkan dan wajib diperhatikan ketika melakukan kegiatan membaca karya sastra, yaitu : pemahaman, penghayatan, dan pemaparan.
                Apresiasi adalah suatu penghargaan terhadap  karya sastra yang diawali dengan pemahaman makna yang terdapat dalam isi yang juga merupakan nilai – nilai keindahan. Ketika proses pengapresiasian terdapat 3 aspek yang terlibat, seperti : aspek kognitif yang berhubungan dengan pemahaman unsur sastra seorang apresiator yang bersifat objektif. Aspek emotif, yaitu penghayatan pembaca terhadap unsur keindahan yang melibatkan unsur emosi. Aspek evaluatif, yaitu penilaian karya sastra secara umum, misalnya penilaian baik – buruk, sesuai – tidak sesuai, dan indah – tidak indah sebuah karya sastra, dimana ini bukan termasuk dalam sebuah karya kritik. Apresiator dapat mengapresiasi karya sastra secara langsung (dengan cara membaca atau menikmati karya sastra atau performance secara langsung) maupun tak langsung (dengan cara mempelajari teori sastra dan hal – hal yang berhubungan dengan kesastraan). Beragam unsur menyeluruh yang terkandung dalam karya sastra, misalnya: keindahan, kontemplatif, media pemaparan, dan intrinsik. Jadi, bila dihubungkan dengan 4 unsur itu, bekal awal apresiator adalah : kepekaan emosi, memiliki pengetahuan dan pengalaman, pemahaman aspek kebahasaan, dan pemahaman unsur intrinsik.
                Keragamanan pendekatan apresiasi sastra terbagi menjadi 3 bagian, yaitu menurut tujuan dan apa yang akan diapresiasi, kelangsungan apresiasi itu terproses lewat kegiatan bagaimana, dan landasan teori yang digunakan dalam kegiatan apresiasi. Ada beberapa pendekatan sebagai pilihan, antara lain: Pendekatan parafrastis adalah cara pemahaman makna karya sastra dengan cara penyampaian kembali gagasan yang disampaikan pengarang dengan cara penulisan yang berbeda baik kata maupun kalimat, agar dapat lebih dipahami kandungan maknanya oleh pembaca  karena dengan bahasa yang lebih sederhana, simbol-simbol dan kata yang mengalami pelesapan dapat diartikan dan dimuculkan dengan cara yang mudah dipahami namun tetap tidak merubah makna yang ingin disampaikan pengarang. Pendekatan emotif adalah pendekatan yang lebih merujuk pada emosi atau perasaan pembaca dengan cara mencari unsur-unsur yang mampu memunculkan emosi atau perasan atau melihat cara penyajian bentuk suatu karya sastra tersebut. Pendekatan analitis adalah pendekatan yang dilakukan dengan dasar teori tertentu, teratur atau sistematis, bersifat objektif, serta kebenarannya diakui oleh umum. Pendekatan historis adalah pendekatan yang memandang adanya keterkaitan antara karya sastra dengan biografi pengarang, peristiwa yang melatar belakangi terciptanya karya sastra, hingga perkembangan sastra dari masa ke masa. Pendekatan Sosiopsikologis adalah pendekatan untuk memahami suatu kehidupan sosial budaya dan hal-hal yang berkaitan dengan kejiwaan dan sikap pengarang dengan lingkungannya saat karya sastra tersebut dihasilkan. Pendekatan didaktis adalah pendekatan yang bertujuan menemukan dan memahami isi, tanggapan, dan sikap pengarang terhadap kehidupan yang akan terwujud dalam pandangan etis, filosofis, dan agamis yang akan mengandung nilai-nilai untuk memperkaya kehidupan pembaca. Pendekatan-pendekatan ini dapat menjadi dasar atau prinsip utama agar apresiator dapat memahami karya sastra yang dihadapinya dan mengambil manfaat yang ada didalamnya sesuai tahapan-tahapan yang diingini apresiator tersebut.
                Ada dua manfaat mengapresiasi karya sastra, yaitu: manfaat secara umum, berupa pengisi waktu luang, penambah pengetahuan, pemberi informasi, dan bisa juga pemberi hiburan. Manfaat secara khusus, berupa pencapaian tujuan-tujuan tertentu. Karya fiksi terdapat beberapa unsure didalamnya, seperti : pengarang, isi penciptaan, media penyampai isi (bahasa), dan elemen – elemen fiksional atau unsur fiksi yang membangun karya fiksi. Bentuk-bentuk karya fiksi, misalnya : roman, novel, novelet, dan cerpen. Setting dalam prosa fiksi dapat diartikan dengan latar peristiwa dalam karya fiksi, baik yang berupa tempat, waktu, atau peristiwa yang memiliki fungsi fisikal dan  psikologis.
                Gaya merupakan cara pengarang untuk menyampaikan gagasannya dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dan media bahasa yang indah yang mampu memanipulasi emosi pembaca. Untuk mengetahui dengan mudah watak dari tokoh yang ada dalam karya fiksi bisa dilakukan dengan cara: tuturan pengarang, gambaran yang diberi pengarang, menunjukkan perilakunya, cara berbicara tokok tentang dirinya, memahami jalan pikirannya, pembicaraan tokoh lain tentangnya, cara berbicara tokoh lain dengannya, melihat reaksi tokoh lain terhadapnya, dan melihat reaksi tokoh itu terhadap orang lain.
                Alur didalam karya fiksi biasanya merupakan rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan peristiwa, sehingga terbentuklah suatu cerita yang dihadirkan para tokoh dalam suatu kissah. Bagi pengarang, plot adalah suatu kerangka karangan yang dijadikan pedoman untuk menulis dan mengembangkan isi cerita. Sedangkan bagi pembaca, plot merupakan pemahaman terhadap keseluruhan isi cerita secara urut dan jelas. Titik pandang adalah cara pengarang untuk menampilkan para tokoh dalam cerita yang ditulisnya. Tema adalah gagasan yang mendasari suatu cerita yang memiliki peran sebagai batas

Re

Tidak ada komentar:

Posting Komentar